Ayah, Anak dan Keledainya

- October 04, 2010
Mungkin legenda tentang Ayah, Anak dan Keledainya sudah sering kita dengar dan kita baca dari banyak media, tidaklah buruk jika saya sedikit mengulang lagi. Pernah saya sampaikan juga di beberapa kesempatan untuk memberikan motivasi, utamanya dalam mensikapi kritikan orang lain, walaupun seringkali saya sendiri sulit menata hati ini.


Ayah, Anak dan Keledainya.


Suatu waktu ada seorang ayah bersama anaknya menunggangi seekor keledai ketika akan pulang kerumah setelah bepergian, perjalanan mereka ini lumayan jauh dan mereka harus melintasi beberapa kota.

Kota Pertama
Mereka bertiga masuk dan melintasi kota pertama dengan ayah dan anak bersama-sama menunggangi keledainya.
Berkata salah satu penduduk setempat: "Hei apakah ayah dan anak itu tidak merasa kasihan dengan keledainya?! keledai itu ditumpangi dua orang. Lihat betapa lelahnya keledai itu."

Mendengar perkataan-perkataan penduduk setempat itu membuat ayah dan anak ini berpikir, maka kemudian mereka bersepakat untuk merubah posisi. sang ayah berjalan dan sang anak duduk di atas keledai.

Kota Kedua
Ketika mereka melintasi kota kedua dengan ayah berjalan dan sang anak duduk di atas keledainya.
Berkata penduduk di kota kedua: "Hei, lihat.. Durhaka sekali anak itu, membiarkan ayahnya berjalan sedangkan anak itu dengan nyaman duduk di atas keledai"
Kemudian sang ayah dan anak ini bereaksi kembali atas ucapan-ucapan penduduk setempat. Mereka kembali merubah posisi, sang ayah kini berada di atas keledai, dan sang anak berjalan sambil menuntun keledainya.

Kota Ketiga
Ketika memasuki kota ketiga berkata penduduk di kota ketiga: " Hei, lihat... orang tua itu tidak tahu malu, membiarkan anaknya berjalan sedangkan ia duduk dengan nyaman di atas keledai"

Ya seperti yang kita pikirkan maka mereka kembali merubah posisi, kali ini sang ayah dan anak itu tidak menaiki dan hanya menuntun keledainya.

Kota Keempat
Berkata penduduk di kota keempat: " Hei, lihat.. betapa bodohnya ayah dan anak itu, mereka memiliki keledai tetapi tidak ditungganginya"


Iktibar (pelajaran) yang dapat kita petik dari kisah legenda tersebut adalah:

  1. Di setiap daerah/kota, memiliki nilai kebenarannya masing-masing, kita harus mengakui bahwa kebenaran manusia itu tidak bersifat mutlak, begitu banyak perbedaan yang kerap terjadi dalam kehidupan kita. Benar-salah bisa sangat tipis tergantung dari sudut mana kita melihat dan siapa yang melihatnya. Kebenaran sejati hanya milik Gusti Allah.
  2. Terkadang kita tidak perlu memperdulikan orang lain jika kita sudah yakin akan diri kita sendiri, Memang pendapat orang lain perlu kita dengarkan namun bukan berarti setiap pendapat mereka harus membuat kita berubah tanpa berpikir panjang terlebih dahulu.